Saat sedang berbelanja, mungkin Anda menemukan beberapa sayuran berlabel hidroponik. Tampilannya yang berbeda dan harganya yang lebih mahal mungkin membuat Anda bertanya-tanya, apakah sayuran jenis tersebut lebih sehat?
Terlebih di masa pandemi ini, banyak orang mulai menjadi produsen sayur hidroponik. Hal tersebut sesuai dengan meningkatnya jumlah permintaan pasar menurut Gensehat.id.
Karena, sayur hidroponik disinyalir lebih sehat ketimbang yang ditanam secara konvensional. Lantas, apakah benar sayur hidroponik lebih sehat dibanding yang ditanam biasa?
Apa Itu Sayur Hidroponik?
Sayur hidroponik adalah tanaman hasil bercocok tanam tanpa menggunakan tanah. Sayuran tersebut ditanam pada medium air berisi zat hara yang mampu memberikan kesuburan.
Air yang digunakan tersebut dapat didaur ulang melalui sistem tertentu. Dengan demikian, sayuran hidroponik membuat petani lebih hemat dari segi pemakaian air.
Beberapa jenis sayuran hidroponik yang sering ditemukan di pasaran antara lain kangkung, bayam, sawi, brokoli, cabai, tomat, dan lain sebagainya.
Lalu, pengembangan metode hidroponik pun bermacam-macam. Ada yang ditanam tertutup dalam rumah kaca, dan ada pula yang ditumbuhkan di luar ruangan.
Di ruang tertutup, sayuran hidroponik mungkin tidak memerlukan jumlah pestisida seperti biasanya untuk melindungi dari serangga atau patogen.
Beberapa petani hidroponik bahkan tidak menggunakan pestisida sama sekali. Mereka menerapkan metode pertanian organik yang mengandalkan semuanya dari bahan alami.
Sementara, dalam sebuah makalah yang dipresentasikan di 4th World Congress on Mechanical, Chemical, and Material Engineering, tanaman hidroponik tumbuh lebih cepat dibanding yang ditanam biasa. Namun, tidak ada perbedaan signifikan dari panjang dan kualitas daun.
Kelebihan lain sayuran hidroponik adalah menguntungkan petani dari segi produksi. Sayuran hidroponik bisa ditumpuk secara vertikal, sehingga lebih hemat lahan dan hasil panen lebih banyak.
Meski begitu, petani tetap perlu mempertimbangkan beberapa aspek supaya produksi bisa maksimal. Misalnya, pengaturan cahaya untuk fotosintesis dan kelembapan.
Di samping kelebihannya, sayuran hidroponik juga memiliki kelemahan. Salah satunya berkaitan dengan keamanan sayuran.
Kelembapan rumah kaca hidroponik yang tinggi dapat membuat sayuran rentan terhadap kontaminasi bakteri Salmonella. Bakteri tersebut dapat menyebabkan keracunan makanan bila tertelan.
Oleh karena itu, penting mencuci sayuran dengan tepat dan memasaknya sampai bakteri mati.
Dalam beberapa kasus, sayuran hidroponik juga bisa mengalami busuk akar (root rot). Kondisi tersebut disebabkan oleh jamur, seperti Phytium dan Verticillium.
Benarkah Sayur Hidroponik Lebih Sehat?
Sayur Hidroponik
Menurut dr. Reza Fahlevi, Sp.A, dari segi nutrisi, sayuran hidroponik tidak berbeda dengan yang ditanam secara konvensional.
“Dari aspek kebersihan, sayur hidroponik mungkin lebih unggul dan bagi petani lebih efektif dan efisien. Tetapi kandungan nutrisinya sama,” kata dr. Reza.
Dalam sistem hidroponik, petani dapat mempertahankan kadar mineral secara konsisten di dalam tanaman.
Hal tersebut berbeda dengan sayuran yang ditanam di tanah. Sebab, petani masih butuh melakukan pemupukan untuk mengatasi kualitas tanah yang buruk.
Di sisi lain, dalam Journal of Agricultural and Food Chemistry terbitan 2003 disebutkan kandungan karotenoid pada sayuran hidroponik lebih rendah dibandingkan dengan yang ditanam biasa.
Karotenoid, seperti beta karoten dan lutein, merupakan senyawa tumbuhan yang bermanfaat bagi kesehatan. Namun, karotenoid tidak diklasifikasikan sebagai vitamin ataupun mineral.
Terlepas dari mana yang lebih sehat, mengonsumsi sayuran pada dasarnya sangat penting bagi kesehatan.
Sayuran mengandung sejumlah nutrisi yang dibutuhkan tubuh dan dapat menghalau dari bahaya berbagai penyakit.